FRAMBUSIA
By
Will McBroto
Pengertian Frambusia
Frambusia merupakan
penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum ssp.pertenue
yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau
granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau
adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah
penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada
orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma.
Frambusia adalah penyakit menular, kumat-kumatan, bukan termasuk penyakit menular venerik, yang disebabkan oleh Treponema palidum subs. pertinue dengan gejala utama pada kulit dan tulang.Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang). Dalam bahasa Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica dan dalam bahasa Pemalang disebut Pathek. Di zaman dulu penyakit ini amat populer karena penderitanya sangat mudah ditemukan di kalangan penduduk. Saking populernya telah masuk dalam khasanah bahasa Pemalang dengan istilah “ora Patheken”.
Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai, apalagi di beberapa daerah, pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini masih kurang karena ada anggapan salah bahwa penyakit ini merupakan hal biasa dan alami karena sifatnya yang tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita.
Etiologi Frambusia
Frambusia merupakan
penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum sub spesies
pertenue (merupakan saudara dari Treponema penyebab penyakit sifilis),
penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, tetapi dapat mudah
tersebar melalui kontak langsung antara kulit penderita dengan kulit sehat.
Penyakit ini tumbuh subur terutama didaerah beriklim tropis dengan
karakteristik cuaca panas, dan banyak hujan, yang dikombinasikan
dengan banyaknya jumlah penduduk miskin, sanitasi lingkungan yang buruk,
kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya
fasilitas kesehatan umum yang memadai.
Frambusia, yang
disebabkan oleh Treponema pertenue, adalah penyakit menular bukan seksual pada
manusia yang pada umumnya menyerang anak – anak berusia di bawah 15 tahun.
Penyakit ini terutama menyerang kulit dan tulang serta banyak didapati pada
masyarakat miskin, pedesaan dan marjinal di beberapa bagian Afrika, Asia dan
Amerika Selatan, dimana kepadatan penduduk, kekurangan persediaan air, dan
keadaan sanitasi serta kebersihan yang buruk terdapat di mana – mana.
Jadi, penyakit
ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan hampir bisa
dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin serta
masyarakat kesukuan yang terdapat di daerah – daerah terpencil yang sulit
dijangkau. Bisa dikatakan bahwa “penyakit frambusia bermula dimana jalan
berakhir”.
Patofisiologi Frambusia
Frambusia di sebabkan
oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena kontak langsung dengan
penderita ataupun kontak tidak langsung. Treponema palidum ini biasanya
menyerang kulit dan tulang.
Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian.Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang ektermitas yang menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung. Kelainan pada kulit adanya ulkus-ulkus yang meninggalkan jaringan parut dapat membentuk keloid dan kontraktur.
Pada awalnya, koreng
yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui kontak dari kulit ke
kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan, gigitan,
maupun pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas
hanya pada kulit saja, namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan
sendi. Walaupun hamper seluruh lesi frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi
bakteri sekunder dan bekas luka merupakan komplikasi yang umum. Setelah 5 – 10
tahun, 10 % dari pasien yang tidak menerima pengobatan akan mengalami lesi yang
merusak yang mampu mempengaruhi tulang, tulang rawan, kulit, serta jaringan
halus, yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta stigma
social.
a) pertama
(primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri
frambusia;
b) secondary
stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit;
c) latent
stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada;
d) tertiary
stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan,
Penularan
penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung, yaitu :
a) Penularan
secara langsung (direct contact) .
Penularan penyakit
frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain. Hal ini
dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema
pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan
kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan
antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir.
b) Penularan
secara tidak langsung (indirect contact) .
Penularan secara tidak
langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau serangga, tetapi
hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular
dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenueyang
terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut.
Terjadinya infeksi
yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat
mengalami 2 kemungkinan, antara lain :
1. Infeksi
effective.
Infeksi ini terjadi
jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang
biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi
efektif dapat terjadi jika Treponema pertenueyang masuk ke
dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi
tidak kebal terhadap penyakit frambusia.
2. Infeksi
ineffective.
Infeksi ini terjadi
jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat
berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-gejala
penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema
pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup
banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap penyakit
frambusia
Frambusia dibagi
menjadi beberapa bagian, antara lain berdasarkan karakteristik Agen :
a) Infektivitas
dibuktikan dengan kemampuan sang Agen untuk berkembang biak di dalam jaringan
penjamu.
b) Patogenesitas
dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya benjolan-benjolan
kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah tanpa nanah.
c) Virulensi
penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan menyerang dan
merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup. Pada
10% kasus frambusia, tanda-tanda stadium lanjut ditandai dengan lesi yang
merusak susunan kulit yang juga mengenai otot dan persendian.
d) Toksisitas
yaitu dibuktikan dengan kemampuan Agen untuk merusak jaringan kulit dalam tubuh
penjamu.
e) Invasitas
dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang satu dengan
yang lainnya.
f) Antigenisitas
yaitu sebelum menimbulkan gejala awal Agen mampu merusak antibody yang ada di
dalam sang penjamu.
Gejala klinis terdiri
atas 3 Stadium yaitu :
a) Stadium
I :
Stadium ini dikenal
juga stadium menular. Masa inkubasi rata-rata 3 minggu atau dalam kisaran 3-90
hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d’ entre yang berbentuk seperti
buah arbei, permukaan basah, lembab , tidak bernanah, sembuh spontan tanpa
meninggalkan bekas, kadang-kadang disertai peningkatan suhu tubuh, sakit
kepala, nyeri tulang dan persendian kemudian, papula-papula menyebar yang
sembuh setelah 1-3 bulan. Lesi intinial berlangsung beberapa minggu dan
beberapa bulan kemudian sembuh. Lesi ini sering ditemukan disekitar rongga
mulut, di dubur dan vagina, dan mirip kandilomatalata pada sipilis.
Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut, walaupun terkadang dengan
pigmentasi. selain itu terdapat semacam papiloma pada tapak tangan atau kaki,
dan biasanya lembab. Gejala pada kulit dapat berupa macula, macula papulosa,
papula, mikropapula, nodula, tanpa menunjukan kerusakan struktur pada lapisan
epidermis serta tidak bereksudasi. Bentuk lesi primer ini adalah bentuk yang
menular.
b) Stadium
II atau masa peralihan :
Pada stadium ini, di
tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue. Treponema positif ini terjadi
setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah stadium I. Pada stadium
ini frambusia tidak menular dengan bermacam-macam bentuk gambaran klinis,
berupa hyperkeratosis. Kelainan pada tulang dan sendi sering mengenai
jari-jari dan tulang ekstermitas, yang dapat mengakibatkan terjadi atrofi kuku
dan deformasi ganggosa, yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat
menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi dengan
gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung, gondou ( suatu bentuk ostitis
hipertofi ), meskipun jarang dijumpai. Kelainan sendi, hidrartosis, serta
junksta artikular nodular ( nodula subkutan, mudah bergerak, kenyal, multiple),
biasanya ditemukan di pergelangan kaki dekat kaput fibulae, daerah akral atau
plantar dan palmar.
c) Stadium
III :
Pada stadium ini ,
terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi yang curam atau bergaung,
bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut, dapat membentuk keloid dan
kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat mengakibatkan kecacatan dan
kerusakan pada tulang. Kerusakan sering terjadi pada palatum, tulang hidung,
tibia.
Manifestasi klinis
frambusia juga dibagi dalam beberapa tahap, antara lain :
a) Tahap
Prepatogenesis
Pada tahap ini
penederita belum menunjukan gejala penyakit. Namun, tidak menutup kemungkinan
si penyakit telah ada dalam tubuh si penderita.
b) Tahap
Inkubasi
Tahap inkubasi
Frambusia adalah dari 2 sampai 3 minggu
c) Tahap
Dini
Terbentuknya
benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah tanpa
nanah.
d) Tahap
Lanjut
Pada gejala lanjut
dapat mengenai telapak tangan, telapak kaki, sendi dan tulang, sehingga
mengalami kecacatan. Kelainan pada kulit ini biasanya kering, kecuali jika
disertai infeksi (borok).
e) Tahap
Pasca Patogenesis
Pada tahap ini
perjalanan akhir penyakit hanya mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :
1. Sembuh
dengan cacat penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah
yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 % dari penderita.
2. Karier
tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam
tubuh.
3. Penyakit
tetap berlangsung secara kronik yang jika tidak diobati akan menimbulkan cacat
kepada si penderita.
diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan mikroskopik langsung FA (Flourescent Antibody) dari eksudat yang berasal dari lesi primer atau sekunder. Test serologis nontrepanomal untuk sifilis misalnya VDRL (venereal disease research laboratory), RPR (rapid plasma reagin) reaktif pada stadium awal penyakit menjadi non reaktif setelah beberapa tahun kemudian, walaupun tanpa terapi yang spesifik, dalam beberapa kasus penyakit ini memberikan hasil yang terus reaktif pada titer rendah seumur hidup. Test serologis trepanomal, misalnya FTA-ABS (fluorescent trepanomal antibody – absorbed), MHA-TP (microhemag-glutination assay for antibody to t. pallidum) biasanya tetap reaktif seumur hidup.
Pencegahan Frambusia
Frambusia bila tidak
segera ditangani akan menjadi penyakit kronik, yang bisa kambuh dan menimbulkan
gejala pada kulit, tulang dan persendian. Pada 10% kasus pasien stadium
tersier, terjadi lesi kulit yang destruktif dan memburuk menjadi lesi pada
tulang dan persendian. Kemungkinan kambuh dapat terjadi lebih dari 5 tahun
setelah terkena infeksi pertama. Strategi pemberantasan frambusia terdiri dari
4 hal pokok yaitu:
a) Skrining
terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk menemukan
penderita.
b) Memberikan
pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan (UPK)
dan dilakukan pencarian kontak.
c) Penyuluhan
kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
d) Perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air bersih serta penyediaan sabun untuk mandi.
Pengobatan Frambusia
Benzatin penisilin
diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit untuk orang dewasa dan untuk 1,2 juta
unit untuk anak-anak. Hingga saat ini, penisilin merupakan obat
pilihian, tetapi bagi mereka yang peka dapat diberikan tetrasiklin atau
eritromisin 2 gr/hari selama 5-10 hari.
Menurut Departemen
Kesehatan RI, bahwa pilihan pengobatan utama adalah benzatin penisilin, dan pengobatan
alternatif dapat dilakukan dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan
eritromisin.
Anjuran pengobatan
secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai berikut :
a) Bila
sero positif >50% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun
>5% maka seluruh penduduk diberikan pengobatan.
b) Bila
sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5% maka
penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan pengobatan.
c) Bila
sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun < 2%
maka penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan.
Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan seluruh murid dalam kelas yang sama.
Dosis dan cara pengobatan sbb:
Umur |
Nama obat |
Dosis |
PemberianMelalui |
LamaPemberian |
< 10 thn |
Benz.penisilin |
600.000 IU |
IM |
Dosis Tunggal |
≥ 10 tahun |
Benz.penisilin |
1.200.000 IU |
IM |
Dosis Tunggal |
Alternatif |
||||
< 8 tahun |
Eritromisin |
30mg/kgBB bagi 4
dosis |
Oral |
15 hari |
8-15 tahun |
Tetra atau erit. |
250mg,4×1 hri |
Oral |
15 hari |
>8 tahun |
Doxiciclin |
2-5mg/kgBB bagi 4
dosis |
Oral |
15 hari |
Dewasa |
100mg 2×1 hari |
Oral |
15 hari |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar